Skip to main content

Posts

Showing posts from 2022
I feel lost, a lot. But, there're some people who always remind me to come back and find the right way. I'm not really sure, what they feel about me, every time I asked for their help. Maybe that's the reason, why I've never been brave, to call someone 'best friend' or even a 'friend'. I was and am too afraid to use that call, doubting that they'll never feel the same about me. People out there see me as an extroverted and talkative person, who has a lot of friends. That's true, I have friends, yet the truth is I never really tell them about everything. I know I'm wrong, but I don't want to make them busy with me or fill their head with my problems, because I know that everyone has their own problems. I trust my friends, but I don't know, I just feel just weird to tell them everything that happened in my life. I do have some people that I used to tell everything. But, the situation changed, we walk on a different path and it just disa

Di Perjalanan

Malam gelap hari itu jatuh tanpa bintang. Di lampu merah Tugu Pancoran, kita terdiam. Di atas motor, dengan lagu tren, bersenandung. Diam-diam menelan masam. Di bundaran jalan kita berputar. Berkali-kali sampai pusing. Seperti obrolan yang selalu berputar. Yang akhirnya membuat kita sendiri dalam bising. Dalam secangkir teh hijau susu aku berpikir. Pikiran ruwet, saat hujan di barat Jakarta Selatan. Aku terjerumus dalam sesat pikir. Menganggap kau jelmaan setan. Aku menorehkan gambar di tulang belikat. Menandakan harapan dan berkat. Kau bilang aku nekat. Dan ternyata kau seorang malaikat.

11 Desember 2021

  Akhirnya tiba pada hari kita tersadar, pada asa kita bergantung. Asa memberikan hidup. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar. Marah, kecewa, sedih. Pada asa kita menyalahkan. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar. Tubuh adalah jiwa, jiwa adalah tubuh. Dua mata koin yang tak terpisah. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar. Hidup hanya sekadar, ada yang hampa di dalam. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar. Jiwa gerangan, butuh sesuatu. Kita memberi makan tubuh, jiwa? Alpa, lapar. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar. Bincang sejiwa dalam temaram, membiarkan seruak damai. Tubuh payah, jiwa katarsis. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar, dalam kuasa kita bernapsu. Lupa. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar. Manusia hanyalah seonggok daging, dengan ego dan asa. Akhirnya tiba pada hari kita tersadar, tanpa jiwa, kita mati. Berdamai. Yang akan menyatu pada akhirnya. --- Untuk yang masih belum bisa melupakan sesal masa lalu, sematkan maaf dalam diri. Untuk yang masih menyimpan asa, tetap

20

Bagiku, tanggal 20-an itu istimewa. Di tanggal 20, aku lahir. Di sekitaran tanggal itu pula kamu melihatku menangis, pertama kalinya. Ada bagian diri yang terpanggil. Di tanggal itu, dalam semangkuk bubur di pagi hari, kau berkisah. Tentang perjalanan, tentang perasaan terpisah. Bagaimana aku bertemu dengan orang-orang baru, indah. Rasanya ingin menambah satu mangkuk bubur yang menghangatkan tubuh. Kamu menyanyikan satu lagu di atas motor. Lagu yang tidak kuketahui, tapi akrab dengan telinga. Di sekitaran tanggal itu kita bernyanyi bersama, dengan sebotol minuman--yang meski tak enak, rasanya tetap membekas di lidah. Di penghujung tanggal 20 kita mengucap perpisahan. Meski tak kurang sebulan setelahnya, kita tetap berjumpa. Menceritakan keresahan hati. Membuatku ingin memeluk, barang menenangkan. Dan siapa sangka, di tanggal 20, jadi saksi terakhir kita juga.

Untuk Jiwa yang Datang dan Bimbang

Awalnya datang ketika matahari meninggi. Membangkitkan diri yang terpendam bertahun-tahun. Membawa kembali jiwa yang berkelana. Bincang sejiwa memecah hujan dan malam. Mata memanas, hati katarsis. Menit, jam, hari terlampau singkat. Masih ada yang membekas dalam diri; kecewa, rampang. Entah. Nyatanya, kita belum usai dengan diri. Hari demi hari akan datang. Berharap semua dapat selesai. Hingga bab baru dapat dimulai. Malam itu hujan turun. Ada bara yang tersisa, ketika perapian hampir padam. Ditiup, semakin menyala. Batang rokok hampir menjadi puntung. Abunya jatuh bersama dengan tangis dan senyum. Pada hisapan terakhir, harapan berbisik; "semoga segera berdamai dan kita bisa kembali menyatu dengan jiwa". --- 27 Oktober 2021, satu hari setelah kita berbincang hangat dan membiarkan sedih mengisi percakapan dan chat sejak malam sebelumnya, membiarkan batang rokok kita habis . Hari itu saya terpukul, tapi nyatanya ia tetap hadir. Setidaknya sampai beberapa saat setelahnya. Saat-