Malam gelap hari itu jatuh tanpa bintang.
Di lampu merah Tugu Pancoran, kita terdiam.Di atas motor, dengan lagu tren, bersenandung.
Diam-diam menelan masam.
Di bundaran jalan kita berputar.
Berkali-kali sampai pusing.
Seperti obrolan yang selalu berputar.
Yang akhirnya membuat kita sendiri dalam bising.
Dalam secangkir teh hijau susu aku berpikir.
Pikiran ruwet, saat hujan di barat Jakarta Selatan.
Aku terjerumus dalam sesat pikir.
Menganggap kau jelmaan setan.
Aku menorehkan gambar di tulang belikat.
Menandakan harapan dan berkat.
Kau bilang aku nekat.
Dan ternyata kau seorang malaikat.
Comments
Post a Comment