“Kalo lo mau jalan enak, cari teman jalan yang enak juga.”
Ucapan di atas saya ambil dari seorang teman di sekolah menengah yang juga memiliki hobi sama dengan saya; jalan-jalan. Jalan-jalan disini bukan jalan yang keluar masuk mall dan membawa beragam kantong ramah lingkungan berisi baju dan kawan-kawannya, tapi saya lebih suka jalan-jalan dengan memanggul tas ransel di punggung saya. Mungkin bagi sebagian orang (terutama dengan adat Timur khas Indonesia yang kental), seorang perempuan seharusnya duduk manis di bangku kelas kuliah dengan jurusan yang alim, yang tidak perlu mengeluarkan banyak keringat, yang tidak perlu bermandikan cahaya matahari ketika bekerja. Ah, tapi saya bosan dengan hal-hal itu, saya ingin beda dari yang lain! Awalnya hanya ucapan di awal tulisan dan ingin berbeda yang motivasi saya untuk melakukan kegiatan luar ruangan, tapi lama-kelamaan saya jatuh cinta dengan hal ini. Saya dapat melihat berbagai hal baru, secara GRATIS! Bukan gratis secara materi sih, tapi hal-hal yang saya dapatkan memiliki nilai sama dengan sebuah benda arkeologis: priceless. Mata saya dapat terbuka dalam melihat berbagai sisi dalam diri saya sendiri, bahkan saya dapat memiliki konsep ketuhanan secara berbeda, cara pembelajaran diri yang cukup unik menurut saya. Saya percaya untuk mengenal diri sendiri, lingkungan di sekitar kita, dan untuk mengenal Tuhan, kita perlu hidup lebih dari yang lain, tidak hanya ngedokem di sangkar emas. Seperti tagline di blog ini, life begins at the end of your comfort zone, dear
*****
Enam bulan lamanya, terhitung mulai Oktober 2013, saya tergabung di sebuah keluarga baru. Awalnya kami tidak mengenal satu sama lain, tapi kami mau tidak mau, suka tidak suka harus mengenal satu sama lain.
Satu, dua, tiga. Perlahan teman saya bertambah disini. Unik-unik cara berkenalan kami. Ada yang satu SMA dengan teman saya, ada yang sahabat seorang teman dekat, ada yang secara kebetulan membantu saya ketika terpeleset, dll. Tingkah, sifat, dan ide yang dikeluarkan pun selalu unik dan menyegarkan, ada yang mau naik gunung dengan baju vintage sampai ada juga yang hobinya ngupil (dan entah kenapa anak jurusan saya selalu hobi dengan aktivitas yang satu ini).
Memang umur saya mengenal kalian baru enam bulan, baru lahir kemarin sore kalau kata orang tua. Berbagai kejadian yang menimbulkan berbagai rasa, yang pada akhirnya membuat kita semakin erat satu sama lain. Bertemu dengan medan lutut nemu dagu di Geger Bentang jalur Joglok, makan siang di air terjun di Gunung Salak ㅡ yang bisa saya bilang makan siang terindah saya selama 18 tahun hidup, begadang-begadang demi presentasi yang lebih baik, warkop sharing yang malahan jadi ajang curhat, sampai berjalan di bawah panasnya matahari Alas Purwo di Banyuwangi telah kita lewati bersama. Yang kita lewati memang belum seberapa kalau dibandingkan dengan yang lainnya, tapi sadar atau tidak, itu jelas memperkuat kita menjalin organisasi yang baru, keluarga. Pernyataan saya mungkin agak berlebihan, tapi itulah yang saya rasakan bersama dengan kalian.
Saya jadi mengerti berbagai tipe individu. Saya tahu teknis merencanakan dan melakukan sebuah perjalanan. Saya jadi paham tentang diri saya sendiri. Saya jadi mengerti tentang alam, terlepas dari sisi ilmiah mereka. Saya jadi dekat dengan Sang Penciptaㅡyang meng-ada-kan semua ini. Saya jadi dapat teman jalan asik, yang tentunya berpengaruh juga ke kualitas perjalanan tersebut. Ini semua hanya sebagian kecil perubahan dalam diri saya, karena kalian, mereka, dan kita.
*****
Malam ini malam penentuan. Saya tidak tahu mau menulis apa tentang ini. Saya sudah mencoba memberikan yang terbaik, dan saya yakin bukan hanya saya, tapi kita semua, sudah. Semoga kita bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Terima kasih banyak kawan, untuk pelajaran hidup yang bermakna. Semoga kebersamaan ini tidak berakhir sampai disini, because our journey has just begun
Comments
Post a Comment