Saya selalu berada di tengah kebisingan.
Dimana semua orang berbicara dan saling beradu.
Beradu yang paling keras, beradu agar suaranya didengar.
Ribet.
Dimana semua orang berbicara dan saling beradu.
Beradu yang paling keras, beradu agar suaranya didengar.
Ribet.
***
Dilahirkan dari keluarga yang terbuka membuat saya selalu berada dalam posisi tersebut. Saya jadi terbiasa dengan kondisi tersebut dan tanpa disadari membentuk karakter saya. Ekstrovert, terbuka, kalau kata hasil tes IQ.
***
Siang itu saya berada di sebuah toko kopi. Sepi sekali, hanya ada saya dan dua orang pengunjung. Saya memilih untuk duduk di smoking area, meskipun saya tidak merokok. Di luar sedang hujan. Saya membaca sebuah buku saat itu. Sambil menikmati kopi panas dan alunan musik dari playlist di handphone, saya memperhatikan orang-orang berlari disana, berusaha menghindar hujan. Saya hanya tersenyum simpul sambil melihat kelabunya langit. Saya menundukkan kepala dan kembali membaca dalam buku. Tanpa sadar saya terhanyut dalam kesendirian.
***
Sebenarnya saya sendiri nggak pernah paham tipe orang seperti apa saya. Lagi pula menurut saya tidak ada perbedaan berarti antara si introvert dan ekstrovert. Hanya pembeda terhadap bagaimana ia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan beberapa faktor lainnya. Sisanya sama saja menurut saya. Di sisi lain tergantung bagaimana individu tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi kenapa dibedakan?
***
Saya pusing akhir-akhir ini.
Dikelilingi berbagai pemberitaan politik di media yang semakin tak imbang.
Menyalahi kode etik menurut saya.
Ditambah ulah orang-orang sekitar yang semakin membuat tak nyaman.
Saya ingin pergi.
Di hari penentuan.
Biar sepi kembali memenuhi saya, bersama secangkir kopi.
Comments
Post a Comment