Nasionalisme sebagai paham
atau kesadaran kebangsaan merupakan kesadaran akan identitas kebangsaan yang
menempatkan suatu kelompok masyarakat sebagai yang berbeda dan unik dari
kelompok masyarakat lainnya. Sebagai kesadaran sebagai bangsa Indonesia, nasionalisme
Indonesia muncul dalam konteks kesadaran akan penderitaan akibat penjajahan
bangsa kolonial dan imperialis Belanda. Lalu bagaimana dengan nasionalisme
bangsa Indonesia kini? Masih segarkah atau malah luntur seiring perkembangan
zaman? Mari kita ulas.
Nasionalisme suatu bangsa
dapat diukur dari keadaan bangsa masyarakat itu sendiri. Maka, cerminan
langsung suatu bangsa tidak lain ialah dari kondisi pemerintahannya. Kini,
begitu marak pemberitaan di berbagai media mengenai korupsi para pejabat
pemerintahan. Entah itu dalam bentuk suap, penyelewengan maupun penggelapan
dana. Ya, dana itu tentunya berasal dari berbagai penarikan pajak dari rakyat.
Betapa tak bertanggungjawabnya para oknum ini bukan yang telah mengkhianati
rakyatnya?
Kelakuan para pelajar pun
tak jauh berbeda. Masih maraknya tawuran antarpelajar merupakan bukti
ketidakarifan budi mereka sebagai pelajar. Namanya saja pelajar. Tugasnya ya
belajar. Maka, bila ada kegiatan negatif yang mereka lakukan merupakan pertanda
bahwa mereka belum melakukan kewajibannya sebagai pelajar dengan baik.
Barangkali kegiatan negatif tersebut merupakan akibat kekurang mampuan mereka
dalam mengolah rasa dan emosi, sehingga bukan belajar atau berusaha menjadi
kebanggaan Indonesia, malah menjadi sampah masyarakat yang serba anarkis.
Begitu pula dengan masyarakat pada umumnya. Intoleransi merupakan kunci dari
pluralisme. Maka, bila sikap toleran tidak dijunjung tinggi, suatu masyarakat
dapat terprovokasi dengan mudah dan mudah pula timbul aksi kekerasan sebagai
reaksi balasan.
Lalu, sebenarnya apa sih
yang menyebabkan nasionalisme pada setiap insan semakin luntur? Seharusnya kita
menyadari bahwa kita merupakan bagian dari bangsa yang plural. Maka, berbedalah
nasionalisme kita dengan bangsa negara lain, sebab pluralisme merupakan
representasi atas nasionalisme kita ini. Sudah sepantasnya dan seharusnya kita
mulai membangun rasa toleran tersebut. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa banyak
dari antara kita kurang mampu menghadapi pekembangan zaman yang kian cepat.
Ketidakmampuan itu menjadikan kita sebagai budak media dan mudah ‘meneladani’
hal-hal negatif bukannya yang positif. Sehingga kian lama kebanggaan terhadap
negeri cuma angin lalu saja. Dan nasionalisme cuma akan bangkit bila ada
ancaman dari luar yang terekspos secara jelas, misalnya kasus Malaysia yang
mengklaim berbagai kebudayaan kita. Alias nasionalisme sementara.
Lalu, siapa sih tokoh
bangsa Indonesia era ini yang memiliki jiwa nasionalisme yang kuat? Menurut
saya, tokoh bangsa Indonesia yang telah banyak andil terutama dalam hal
nasionalisme ialah Gus Dur. Mengapa Gus Dur? Memang pada masa
pemerintahan seseorang yang memiliki nama lengkap Abdurrahman Wahid ini
terdapat banyak kontroversi. Misalnya memperbolehkan pengibaran bendera bintang
kejora di Papua Barat dengan persyaratan tinggi tiang pengibaran tidak boleh
melebihi bendera merah putih.
Namun, cobalah kita melihat
dan menelisik tindakannya itu dari sudut pandang berbeda. Ya, yang beliau
inginkan hanyalah persatuan! Persatuan, hal itulah yang paling esensial bagi
bangsa plural macam kita ini. Maka, perwujudan nasionalisme kita itu ya
Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Setelah kita punya rasa persatuan tersebut,
hal-hal lainnya akan semakin mudah kita laksanakan.
Comments
Post a Comment